TUGAS ESSAY BAHASA INDONESIA
NAKALNYA REMAJA INDONESIA KINI

Oleh:
Nur Yumna Auliya Afifah X4-26
©2014
Remaja adalah transisi antara masa anak-anak dan dewasa yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun secara psikis. Usia remaja berkisar antara 12 tahun-21 tahun. Masa ini adalah masa seseorang mengalami suatu perkembangan sehingga dirinya terdorong untuk lebih tahu mengenai banyak hal. Namun,masalah pun dapat timbul karena adanya rasa keingintahuan yang diluar batas. Masalah yang berkaitan dengan remaja ini biasa kita sebut dengan “KENAKALAN REMAJA”. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja.
Narkoba, salah satu dari contoh kenakalan remaja, obat-obat berbahaya ini sebenarnya dibuat untuk membius pasien dan dalam dosis tertentu. Namun, kini narkoba adalah musuh dalam selimut bagi para remaja. Mereka merasa ini adalah teman mereka, sesuatu yang memang seharusnya mereka konsumsi, bahkan bagi mereka ini adalah sesuatu yang lebih membahagiakan daripada bermain bersama teman-teman. Pemerintah sudah mulai gencar memberi penyuluhan terhadap bahaya narkoba yang kebanyakan dilakukan di sekolah menengah. Namun jika diamati, kebanyakan pengguna narkoba adalah anak-anak yang putus sekolah. Bukan berarti hanya sedikit anak sekolahan yang menyalah gunakan narkoba. Anak-anak seperti ini biasanya karena kekurangan perhatian dan salah pergaulan, seperti yang akan saya bahas setelah ini.
Vandalisme, adalah kenakalan remaja yang biasanya di lakukan untuk kesenangan semata. Anak- anak remaja ini biasanya melakukannya dengan cara menyemprotkan pylox ke tembok-tembok polos dengan tujuan eksistensi grup atau geng tertentu yang nantinya akan di segani oleh geng-geng yang lainnya. Ini juga disebabkan oleh salahnya pergaulan yang menyebabkan para remaja terjerumus ke suatu grup yang salah dan cenderung ke hal-hal yang sangat negative seperti tawuran dan vandalisme. Kegiatan mereka jika sedang berkumpul dengan anggota gengnya hanyalah nongkrong, merokok, dan kemudian melakukan kegiatan perusakan.
Tawuran antar pelajar, Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. Perkelahian pelajar ini juga sangat merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia. Selain hal-hal diatas, pandangan umum terhadap suatu sekolah atau lingkungan tertentu menjadi sangat buruk. Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.
selanjutnya klik di sini :)
ya sangat refleksi sekali
BalasHapus