Minggu, 17 Agustus 2014

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi

1. Sumber Daya Manusia (SDM) 
SDM merupakan kunci utama dalam prosesnya pembangunan ekonomi. Sumber daya alam (SDA) yang berlimpah apabila tidak didukung oleh SDM, tidak akan memperbaiki pembangunan ekonomi pada suatu negara. Hal ini terjadi karena SDM yang tidak berkualitas tidak akan mampu mengelola SDA secara optimal, bahkan cenderung mengeksploitasi SDA. Maka, untuk memperbaiki perekonomian, suatu negara harus memperbaiki kualitas SDM terlebih dahulu. Perbaikan kualitas SDM misalnya dengan meningkatkan taraf pendidikan dan menanamkan nilai-nilai moral yang baik.

2. Sumber Daya Alam (SDA) 
Sumber daya alam adalah faktor terpenting yang kedua. SDA baik yang hayati maupun nonhayati sangat memengaruhi pembangunan suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Jika suatu negara/daerah tidak memiliki SDA, negara/daerah tersebut akan memiliki ketergantungan terhadap negara/daerah lain. Sebaliknya, bila memiliki SDA, negara/daerah tersebut sudah memiliki modal dasar yang kuat untuk melakukan aktifitas ekonomi. Tinggal bagaimana SDMnya yang bisa mengolah SDA tersebut sehingga aktifitas produksi bisa dikuasai dari hulu hingga hilir.

3. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)
Ilmu  pengetahuan merupakan sarana manusia untuk mengolah sumber daya alam secara produktif. Contohnya rekayasa genetika di bidang biologi pertanian yang dapat menciptakan varietas padi yang lebih cepat masa panennya. Dengan demikian petani dapat meningkatkan pendapatannya yang nantinya akan berimbas pada peningkatan ekonomi. Demikian pula teknologi merupakan alat atau cara agar manusia dapat memaksimalkan pekerjaannya baik di bidang pertanian maupun industri. Contohnya dengan mesin-mesin canggih, suatu pabrik dapat memproduksi barang berkualitas baik dalam jumlah banyak dalam waktu singkat.

4. Sosial budaya 
Nilai-nilai sosial budaya sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi faktor pendorong dan dapat pula menjadi faktor penghambat. Faktor pendorong misalnya adanya konsep “time is money”. Bila suatu masyarakat menganggap bahwa waktu sangat berharga dan bisa mendatangkan uang, tentu masyarakat tersebut akan giat bekerja. Faktor penghambat misalnya tidak adanya nilai kedisiplinan yang  menginternal dalam kehidupan suatu masyarakat. Jika ketidakdisiplinan itu menyebar dalam suatu sistem kerja, tentu hasil pekerjaan tidak akan berkualitas baik. Produk yang tidak berkualitas akan sulit untuk bersaing di pasar bebas.

5. Keadaan Politik
Keadaan politik suatu negara berpengaruh terhadap keberlangsungan proses pembangunan ekonomi. Jika sebuah negara dalam keadaan perang dengan negara lain, atau mungkin sedang mengalami konflik internal dalam negeri, tentu kondisi keamanan dan ketertiban tidak stabil. Ketidakstabilan ini akan berdampak pada aktifitas ekonomi baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Sebaliknya jika negara dalam keadaan aman, damai, dan stabil, seluruh energi dari berbagai elemen bangsa akan terfokus pada pembangunan bangsa dan negara termasuk pembangunan ekonomi.

6. Sistem Pemerintahan
Pemerintahan dengan sistem sosialis dan liberalis kedua-duanya akan memberikan warna yang berbeda terhadap proses pembangunan. Pemerintahan yang bersifat liberalis akan lebih membebaskan warga negaranya dalam berbagai aktifitas termasuk pembangunan ekonomi. Pihak swasta akan lebih banyak berperan sehingga lebih banyak membuka peluang dalam berbagai sektor pembangunan. Pada pemerintahan dengan sistem sosialis, semua aspek kehidupan diatur oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan secara otoriter. Oleh karena itu, pada negara-negara sosialis tingkat pembangunan ekonomi tidak terlalu menyolok seperti yang terjadi di Korea Utara.

Senin, 10 Februari 2014

Essay: Kenakalan Remaja - Tugas B.Indo

TUGAS ESSAY BAHASA INDONESIA

NAKALNYA REMAJA INDONESIA KINI


Tunjung_putih.png






Oleh:
Nur Yumna Auliya Afifah X4-26
  
©2014



Remaja adalah transisi antara masa anak-anak dan dewasa yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun secara psikis. Usia remaja berkisar antara 12 tahun-21 tahun. Masa ini adalah masa seseorang mengalami suatu perkembangan sehingga dirinya terdorong untuk lebih tahu mengenai banyak hal. Namun,masalah pun dapat timbul karena adanya rasa keingintahuan yang diluar batas. Masalah yang berkaitan dengan remaja ini biasa kita sebut dengan “KENAKALAN REMAJA”. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja.
Narkoba, salah satu dari contoh kenakalan remaja, obat-obat berbahaya ini sebenarnya dibuat untuk membius pasien dan dalam dosis tertentu. Namun, kini narkoba adalah musuh dalam selimut bagi para remaja. Mereka merasa ini adalah teman mereka, sesuatu yang memang seharusnya mereka konsumsi, bahkan bagi mereka ini adalah sesuatu yang lebih membahagiakan daripada bermain bersama teman-teman. Pemerintah sudah mulai gencar memberi penyuluhan terhadap bahaya narkoba yang kebanyakan dilakukan di sekolah menengah. Namun jika diamati, kebanyakan pengguna narkoba adalah anak-anak yang putus sekolah. Bukan berarti hanya sedikit anak sekolahan yang menyalah gunakan narkoba. Anak-anak seperti ini biasanya karena kekurangan perhatian dan salah pergaulan, seperti yang akan saya bahas setelah ini.
Vandalisme, adalah kenakalan remaja yang biasanya di lakukan untuk kesenangan semata. Anak- anak remaja ini biasanya melakukannya dengan cara menyemprotkan pylox ke tembok-tembok polos dengan tujuan eksistensi grup atau geng tertentu yang nantinya akan di segani oleh geng-geng yang lainnya. Ini juga disebabkan oleh salahnya pergaulan yang menyebabkan para remaja terjerumus ke suatu grup yang salah dan cenderung ke hal-hal yang sangat negative seperti tawuran dan vandalisme. Kegiatan mereka jika sedang berkumpul dengan anggota gengnya hanyalah nongkrong, merokok, dan kemudian melakukan kegiatan perusakan.
Tawuran antar pelajar, Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja. Dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. Perkelahian pelajar ini juga sangat merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia. Selain hal-hal diatas, pandangan umum terhadap suatu sekolah atau lingkungan tertentu menjadi sangat buruk. Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.

selanjutnya klik di sini :)